Dengan
susah payah, Aji akhirnya berhasil membawa bedcovernya
menaiki tangga ke atap apartemen. Barang ini adalah barang terakhir yang perlu
dipindahkannya.
Aji
menyeret bedcover merah bergambar
logo Arsenal itu ke tengah atap, kemudian menggelarnya. Lalu ia memindahkan
ransel yang penuh persediaan makanan–yang diambilnya di minimarket tadi, tas
laptop, bantal, guling, dan tas berisi pakaian, satu persatu dari dekat pintu
ke pinggir bedcover.
Semua
ini adalah keperluannya untuk bertahan hidup. Sebab, siapa yang tahu kapan
helikopter akan lewat di atas langit apartemennya? Bisa saja besok atau
seminggu lagi. Meski Aji sangat berharap helikopter itu lewat hari ini juga.
Aji
membuka laptop dan memasang modem, kemudian ia langsung mencari nomor telepon
stasiun TV nasional milik negara di internet. Aji tidak mau hanya menunggu. Ia
punya dua rencana.
Rencana
A, mengubungi stasiun TV dan menceritakan tentang kaki super bau, berharap
mereka percaya dan tidak menganggapnya bercanda.
Rencana
B, menunggu helikopter lewat. Setelah naik helikopter, ia akan meminta mereka
membawanya ke tempat para ilmuwan, sehingga teori kaki super bau-nya bisa
langsung dibuktikan kebenarannya. Karena jika ilmuwan sudah bicara, semua orang
pasti percaya.
Begitu
menemukan nomor telepon yang dicarinya, Aji langsung mengambil handphone dan
menekan nomornya.
“Maaf, nomor yang Anda hubungi di
luar jangkauan.” jawab suara wanita menyebalkan. Aji
mengumpat dalam hati. Oke, berarti tinggal rencana B.
Aji
menunggu dan menunggu. Ia berbaring di atas bedcover, memandang langit,
memikirkan berbagai hal. Bila epidemi aneh ini tidak terjadi, sekarang Aji
pasti sedang ada di depan meja kerjanya, mencari uang lewat internet atau
bermain game online. Saat ini memang
ada laptop dan modem di dekatnya, tapi Aji sama sekali tidak punya mood. Bagaimanapun juga seluruh dunia
sedang kacau. Aji tidak bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan
bersenang-senang.
Langit
sore berganti jadi langit senja, lalu digantikan langit malam, yang makin lama
makin gelap. Harapan Aji bahwa helikopter itu akan datang hari ini mulai
menipis. Tanpa terasa, kantuk menyergapnya, membawanya ke alam mimpi.
Aji
sudah terlelap ketika sebuah cahaya yang sangat terang menimpa tubuhnya.
Silaunya, ditambah suara berisik, membuat Aji membuka mata. Aji langsung
melompat bangun ketika melihat helikopter berada tepat di atasnya, menyorotkan
lampu ke arahnya.
“Silakan
bawa barang berharga Anda, dan naik ke sini!” seru seseorang menggunakan toa
dari helikopter.
Sebuah
tangga tali dilempar ke bawah. Aji menggendong tas berisi pakaiannya dan meraih
laptopnya. Meletakkan lagi laptopnya ketika sadar itu akan menghambatnya
menaiki tangga tali.
Rasa
lega, nyaris setara dengan rasa leganya ketika selamat dari Zomot tadi,
memenuhi Aji seraya ia menaiki tangga tali. Sampai di atas, seseorang
mengulurkan tangan untuk membantunya naik.
“Huft…”
Aji menghela napas penuh syukur setelah ia duduk di kursi belakang helikopter.
“Anda
bisa lega,” kata orang yang tadi membantu Aji naik, sepertinya ia tentara, jika
melihat pakaian yang dikenakannya. “Anda sendirian?”
Aji
mengangguk, orang itu mengangguk pada pilot, lalu helikopter pun bergerak
menjauh dari gedung apartemen Aji.
“Anu,”
kata Aji. “Saya bisa minta tolong?”
“Minta
tolong apa? Jika soal toilet, Anda harus bisa tahan sampai di tempat
pengungsian.”
“Bukan,
saya minta tolong, tolong antar saya ke pusat penilitian epidemi ini. Saya
menemukan sebuah cara untuk menghindari gigitan Zomot, dan saya ingin para
ilmuwan membuktikan keampuhan cara saya sehingga bisa disebarluaskan ke seluruh
dunia.”
“Wow,
Anda yakin? Cara apa itu?”
“Begini,
berdasarkan pengalaman saya tadi, Zomot nggak akan menggigit kaki yang super
bau. Mereka hanya akan mendekati kaki yang bau itu, setelah menyadari kaki itu
sangat bau, mereka akan pergi.”
Si
pengulur tangan dan pilot tertawa terbahak-bahak. “Anda lucu sekali.” kata si
pengulur tangan di tengah tawanya. “Tapi menurut saya ini bukan saat yang tepat
untuk bercanda.”
Aji mengerutkan keningnya, sedikit
tersinggung dan kesal. “Anda tidak percaya? Coba ini.”
Aji melepaskan sepatunya, lalu menggoyangkannya
di depan hidung si pengulur tangan. “Hoeek!!” Orang itu langsung terbatuk-batuk
dan ingin muntah.
Aji tersenyum puas, lalu memakai
sepatunya lagi.
“Ya ampun, aku bisa pingsan.” kata
si pengulur tangan, masih seperti ingin muntah. “Apa sih yang Anda lakukan
sampai bisa sebau itu? Hoek! Pantas saja Zomot nggak mau makan, siapa yang
sudi. Dicium saja udah bau, apalagi kalau di dalam mulut! Hoek!”
“Haha,
sekarang Anda percaya, kan?” jawab Aji. “Sekarang, tolong bawa saya ke pusat
penelitian.”
Si
pengulur tangan mengangguk pada pilot, helikopter pun terbang berganti arah.
Sampai
di pusat penelitian, awalnya seluruh ilmuwan menertawakan teori Aji. Maka
seperti tadi, Aji mencopot sepatunya dan berjalan menenteng sepatu super bau
itu, mengarahkannya ke hidung satu persatu ilmuwan di situ. Semua ilmuwan
langsung terbatuk-batuk ingin muntah. Bahkan ilmuwan yang sedang pilek sekali
pun. Bau sepatu Aji sangat kuat dan menyengat, sebab tentu sudah bercampur
keringat seharian ini, hingga ada seorang ilmuwan tua yang pingsan.
Aji
tak lagi dipandang sebelah mata. Tapi teorinya tetap harus dibuktikan.
Kebetulan tinggal beberapa menit lagi bius untuk sebuah Zomot yang berhasil
ditangkap harus diperbaharui. Zomot itu sekarang sedang terbaring di dalam
ruangan berkaca tebal yang dikunci super rapat. Jika biusnya tidak diperbaharui
tepat waktu, ia akan bangun dan mencari korban.
Dengan
percaya diri, Aji masuk ke dalam ruangan berkaca tebal itu. Sementara semua
ilmuwan menunggu di luar ruangan dengan was-was, Aji mengamati Zomot yang terbaring
di depannya. Sepertinya Zomot ini dulunya ilmuwan juga, terlihat dari rambutnya
yang botak di tengah, dan ia memakai jas laboratorium yang sudah sobek di
sana-sini.
Aji
kaget dan spontan melompat mundur ke ujung ruangan ketika Zomot itu membuka
mata. Tapi ia sama sekali tidak takut.
Aji
memperhatikan, semua orang memperhatikan, ketika Zomot itu menggelindingkan
diri untuk turun dari tempatnya berbaring, lalu ngesot mendekati Aji. Aji
melihat, semua orang melihat, ketika Zomot itu mengerenyit setelah berada di
dekat kaki Aji, lalu ngesot menjauhinya.
Semua
orang yang menunggu di luar langsung bersorak bahagia. Mereka tertawa, berpelukan,
ber-high five, dan melonjak-lonjak
gembira. Aji tersenyum lebar. Ini pertama kalinya dia tersenyum selebar ini
dalam waktu yang sangat lama. Ini pertama kalinya dia melihat orang lain
bahagia karena dirinya selama bertahun-tahun. Aji sangat menikmatinya.
Berita
tentang ‘kaki yang super bau tidak akan digigit Zomot’ langsung menyebar di
seluruh dunia. Hal ini membuat nama Indonesia menjadi terpandang di mata dunia.
Ironis, nama Indonesia harum karena menyebarluaskan tentang bau kaki. Tetap
saja, penemuan ini memberikan harapan yang sangat besar pada semua orang.
Namun
untuk membuat kaki menjadi super bau tidaklah mudah, butuh kerja yang sangat
keras. Maka untuk mempermudah, pemerintah memberikan amanat pada sebuah pabrik
parfum. Mereka memproduksi parfum yang merupakan campuran dari segala bau
paling busuk dan menjijikkan yang pernah dikenal manusia. Parfum itu dikenal dengan
nama Parfum Anti-Zomot. Bau parfum ini mengalahkan bau kaki Aji, sehingga sudah
pasti sangat ampuh untuk membuat para Zomot mengerenyit.
Karena
baunya sangat menyengat, produksi parfum ini juga disertai dengan produksi
masker anti-bau. Sehingga orang-orang bisa dengan nyaman beraktivitas dengan
parfum Anti-Zomot di kaki mereka. Pemerintah membagikan produk-produk ini
secara gratis, ke seluruh pelosok negeri.
Sekarang
bumi ini dihuni oleh dua makhluk, manusia dan Zomot. Namun, dengan parfum
Anti-Zomot yang seolah sebagai perisai, manusia sedang dalam proses membuat
bumi yang bersih dari Zomot. Manusia menembaki, membakar, menginjak-injak,
berbagai cara digunakan untuk melenyapkan para Zomot. Semua ini bisa terjadi
karena tidak ada lagi ketakutan digigit dan menjadi Zomot.
Nama
Aji pun melambung. Mau tidak mau, sekarang ia masuk kembali ke dalam lingkungan
sosial masyarakat. Aji baru sadar betapa rindunya ia berinteraksi dengan orang
lain. Sebagai orang terkenal, banyak
yang menginginkan foto bareng dan tanda tangannya. Bahkan Aji mulai mencoba
memanfaatkan ketenarannya untuk merilis single
berjudul ‘Zomot oh, Zombie Imot’.
Rencananya setelah single-nya sukses,
Aji akan terjun ke dunia akting dan selanjutnya dunia politik. Namanya tercatat
sebagai orang yang sangat berjasa dalam sejarah peradaban manusia.
THE END!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar