Rabu, 30 Juli 2014

Zombie Ngesot #3

Dengan susah payah, Aji akhirnya berhasil membawa bedcovernya menaiki tangga ke atap apartemen. Barang ini adalah barang terakhir yang perlu dipindahkannya.
Aji menyeret bedcover merah bergambar logo Arsenal itu ke tengah atap, kemudian menggelarnya. Lalu ia memindahkan ransel yang penuh persediaan makanan–yang diambilnya di minimarket tadi, tas laptop, bantal, guling, dan tas berisi pakaian, satu persatu dari dekat pintu ke pinggir bedcover.
Semua ini adalah keperluannya untuk bertahan hidup. Sebab, siapa yang tahu kapan helikopter akan lewat di atas langit apartemennya? Bisa saja besok atau seminggu lagi. Meski Aji sangat berharap helikopter itu lewat hari ini juga.
Aji membuka laptop dan memasang modem, kemudian ia langsung mencari nomor telepon stasiun TV nasional milik negara di internet. Aji tidak mau hanya menunggu. Ia punya dua rencana.
Rencana A, mengubungi stasiun TV dan menceritakan tentang kaki super bau, berharap mereka percaya dan tidak menganggapnya bercanda.
Rencana B, menunggu helikopter lewat. Setelah naik helikopter, ia akan meminta mereka membawanya ke tempat para ilmuwan, sehingga teori kaki super bau-nya bisa langsung dibuktikan kebenarannya. Karena jika ilmuwan sudah bicara, semua orang pasti percaya.
Begitu menemukan nomor telepon yang dicarinya, Aji langsung mengambil handphone dan menekan nomornya.
“Maaf, nomor yang Anda hubungi di luar jangkauan.” jawab suara wanita menyebalkan. Aji mengumpat dalam hati. Oke, berarti tinggal rencana B.
Aji menunggu dan menunggu. Ia berbaring di atas bedcover, memandang langit, memikirkan berbagai hal. Bila epidemi aneh ini tidak terjadi, sekarang Aji pasti sedang ada di depan meja kerjanya, mencari uang lewat internet atau bermain game online. Saat ini memang ada laptop dan modem di dekatnya, tapi Aji sama sekali tidak punya mood. Bagaimanapun juga seluruh dunia sedang kacau. Aji tidak bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan bersenang-senang.
Langit sore berganti jadi langit senja, lalu digantikan langit malam, yang makin lama makin gelap. Harapan Aji bahwa helikopter itu akan datang hari ini mulai menipis. Tanpa terasa, kantuk menyergapnya, membawanya ke alam mimpi.
Aji sudah terlelap ketika sebuah cahaya yang sangat terang menimpa tubuhnya. Silaunya, ditambah suara berisik, membuat Aji membuka mata. Aji langsung melompat bangun ketika melihat helikopter berada tepat di atasnya, menyorotkan lampu ke arahnya.
“Silakan bawa barang berharga Anda, dan naik ke sini!” seru seseorang menggunakan toa dari helikopter.
Sebuah tangga tali dilempar ke bawah. Aji menggendong tas berisi pakaiannya dan meraih laptopnya. Meletakkan lagi laptopnya ketika sadar itu akan menghambatnya menaiki tangga tali.
Rasa lega, nyaris setara dengan rasa leganya ketika selamat dari Zomot tadi, memenuhi Aji seraya ia menaiki tangga tali. Sampai di atas, seseorang mengulurkan tangan untuk membantunya naik.
“Huft…” Aji menghela napas penuh syukur setelah ia duduk di kursi belakang helikopter.
“Anda bisa lega,” kata orang yang tadi membantu Aji naik, sepertinya ia tentara, jika melihat pakaian yang dikenakannya. “Anda sendirian?”
Aji mengangguk, orang itu mengangguk pada pilot, lalu helikopter pun bergerak menjauh dari gedung apartemen Aji.
“Anu,” kata Aji. “Saya bisa minta tolong?”
“Minta tolong apa? Jika soal toilet, Anda harus bisa tahan sampai di tempat pengungsian.”
“Bukan, saya minta tolong, tolong antar saya ke pusat penilitian epidemi ini. Saya menemukan sebuah cara untuk menghindari gigitan Zomot, dan saya ingin para ilmuwan membuktikan keampuhan cara saya sehingga bisa disebarluaskan ke seluruh dunia.”
“Wow, Anda yakin? Cara apa itu?”
“Begini, berdasarkan pengalaman saya tadi, Zomot nggak akan menggigit kaki yang super bau. Mereka hanya akan mendekati kaki yang bau itu, setelah menyadari kaki itu sangat bau, mereka akan pergi.”
Si pengulur tangan dan pilot tertawa terbahak-bahak. “Anda lucu sekali.” kata si pengulur tangan di tengah tawanya. “Tapi menurut saya ini bukan saat yang tepat untuk bercanda.”
            Aji mengerutkan keningnya, sedikit tersinggung dan kesal. “Anda tidak percaya? Coba ini.”
            Aji melepaskan sepatunya, lalu menggoyangkannya di depan hidung si pengulur tangan. “Hoeek!!” Orang itu langsung terbatuk-batuk dan ingin muntah.
            Aji tersenyum puas, lalu memakai sepatunya lagi.
            “Ya ampun, aku bisa pingsan.” kata si pengulur tangan, masih seperti ingin muntah. “Apa sih yang Anda lakukan sampai bisa sebau itu? Hoek! Pantas saja Zomot nggak mau makan, siapa yang sudi. Dicium saja udah bau, apalagi kalau di dalam mulut! Hoek!”
“Haha, sekarang Anda percaya, kan?” jawab Aji. “Sekarang, tolong bawa saya ke pusat penelitian.”
Si pengulur tangan mengangguk pada pilot, helikopter pun terbang berganti arah.

Sampai di pusat penelitian, awalnya seluruh ilmuwan menertawakan teori Aji. Maka seperti tadi, Aji mencopot sepatunya dan berjalan menenteng sepatu super bau itu, mengarahkannya ke hidung satu persatu ilmuwan di situ. Semua ilmuwan langsung terbatuk-batuk ingin muntah. Bahkan ilmuwan yang sedang pilek sekali pun. Bau sepatu Aji sangat kuat dan menyengat, sebab tentu sudah bercampur keringat seharian ini, hingga ada seorang ilmuwan tua yang pingsan.
Aji tak lagi dipandang sebelah mata. Tapi teorinya tetap harus dibuktikan. Kebetulan tinggal beberapa menit lagi bius untuk sebuah Zomot yang berhasil ditangkap harus diperbaharui. Zomot itu sekarang sedang terbaring di dalam ruangan berkaca tebal yang dikunci super rapat. Jika biusnya tidak diperbaharui tepat waktu, ia akan bangun dan mencari korban.
Dengan percaya diri, Aji masuk ke dalam ruangan berkaca tebal itu. Sementara semua ilmuwan menunggu di luar ruangan dengan was-was, Aji mengamati Zomot yang terbaring di depannya. Sepertinya Zomot ini dulunya ilmuwan juga, terlihat dari rambutnya yang botak di tengah, dan ia memakai jas laboratorium yang sudah sobek di sana-sini.
Aji kaget dan spontan melompat mundur ke ujung ruangan ketika Zomot itu membuka mata. Tapi ia sama sekali tidak takut.
Aji memperhatikan, semua orang memperhatikan, ketika Zomot itu menggelindingkan diri untuk turun dari tempatnya berbaring, lalu ngesot mendekati Aji. Aji melihat, semua orang melihat, ketika Zomot itu mengerenyit setelah berada di dekat kaki Aji, lalu ngesot menjauhinya.
Semua orang yang menunggu di luar langsung bersorak bahagia. Mereka tertawa, berpelukan, ber-high five, dan melonjak-lonjak gembira. Aji tersenyum lebar. Ini pertama kalinya dia tersenyum selebar ini dalam waktu yang sangat lama. Ini pertama kalinya dia melihat orang lain bahagia karena dirinya selama bertahun-tahun. Aji sangat menikmatinya.

Berita tentang ‘kaki yang super bau tidak akan digigit Zomot’ langsung menyebar di seluruh dunia. Hal ini membuat nama Indonesia menjadi terpandang di mata dunia. Ironis, nama Indonesia harum karena menyebarluaskan tentang bau kaki. Tetap saja, penemuan ini memberikan harapan yang sangat besar pada semua orang.
Namun untuk membuat kaki menjadi super bau tidaklah mudah, butuh kerja yang sangat keras. Maka untuk mempermudah, pemerintah memberikan amanat pada sebuah pabrik parfum. Mereka memproduksi parfum yang merupakan campuran dari segala bau paling busuk dan menjijikkan yang pernah dikenal manusia. Parfum itu dikenal dengan nama Parfum Anti-Zomot. Bau parfum ini mengalahkan bau kaki Aji, sehingga sudah pasti sangat ampuh untuk membuat para Zomot mengerenyit.
Karena baunya sangat menyengat, produksi parfum ini juga disertai dengan produksi masker anti-bau. Sehingga orang-orang bisa dengan nyaman beraktivitas dengan parfum Anti-Zomot di kaki mereka. Pemerintah membagikan produk-produk ini secara gratis, ke seluruh pelosok negeri.
Sekarang bumi ini dihuni oleh dua makhluk, manusia dan Zomot. Namun, dengan parfum Anti-Zomot yang seolah sebagai perisai, manusia sedang dalam proses membuat bumi yang bersih dari Zomot. Manusia menembaki, membakar, menginjak-injak, berbagai cara digunakan untuk melenyapkan para Zomot. Semua ini bisa terjadi karena tidak ada lagi ketakutan digigit dan menjadi Zomot.
Nama Aji pun melambung. Mau tidak mau, sekarang ia masuk kembali ke dalam lingkungan sosial masyarakat. Aji baru sadar betapa rindunya ia berinteraksi dengan orang lain.  Sebagai orang terkenal, banyak yang menginginkan foto bareng dan tanda tangannya. Bahkan Aji mulai mencoba memanfaatkan ketenarannya untuk merilis single berjudul ‘Zomot oh, Zombie Imot’. Rencananya setelah single-nya sukses, Aji akan terjun ke dunia akting dan selanjutnya dunia politik. Namanya tercatat sebagai orang yang sangat berjasa dalam sejarah peradaban manusia.


THE END!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar