Kamis, 31 Juli 2014

Crazier (Songfic)

Terpinspirasi dari lagunya kakakku, Taylor Swift : Crazier. Lagunya keren bageeeet!
<3<3<3

      Kira mendecak ketika melihat jam tangannya. Rupanya ia berangkat terlalu awal. Kira memandang gedung di depannya. Ujian masuk universitas masih setengah jam lagi, apa yang harus dilakukannya selama itu?
        Tentu saja, batin Kira, yang biasa kulakukan saat sedang menunggu.
        Kira memandang sekeliling, mencari tempat yang dirasanya tenang dan nyaman. Ia memutuskan menuju ke pojok taman terdekat yang sepi, senang ketika angin berhembus sejuk di tempat itu.
      Kira duduk di rerumputan, bersandar pada sebatang pohon besar. Ia mengambil sketch book dari dalam tasnya. Buku ini adalah temannya, sahabatnya, hidupnya, oleh karena itu selalu dibawanya kemana pun ia berada. Kira membuka bukunya, tersenyum melihat gambar-gambar lamanya lembar demi lembar. Gambar seorang gadis berambut ikal yang tersenyum ceria dari balik jendela, gambar sebuah taman bunga yang indah, gambar burung-burung terbang di antara awan, gambar seorang gadis bergaun panjang duduk di bulan, dan banyak lagi gambar hasil imajinasi Kira.
         Setelah sampai di halaman yang masih kosong, Kira mengambil pensilnya dan bersiap menggambar. Ia memandang sekeliling, mencari inspirasi. Kemudian matanya menemukan seorang laki-laki yang sama sepertinya, sedang duduk sendirian bersandar di pohon, di sudut taman yang sepi. Bedanya, laki-laki itu memiliki laptop di pangkuannya, dan kedua telinganya tertutup headset besar yang terhubung ke laptopnya. Ia terlihat sangat serius mengerjakan sesuatu di laptopnya.
        Kira tersenyum, entah kenapa ia tertarik menjadikan laki-laki itu objek gambarnya kali ini. Kira mulai menggores pensilnya seraya melirik laki-laki itu tiap beberapa detik. Makin lama menggambar, Kira makin tertarik. Sebab ia menemukan bagaimana angin yang berhembus membuat rambut laki-laki itu bergoyang lembut, bagaimana laki-laki itu terlihat lucu tiap kali mengerutkan keningnya seperti berpikir kemudian mengangguk-angguk dan tersenyum sendiri, bagaimana mata laki-laki itu terlihat sangat berkonsentrasi.
      Tak butuh waktu lama hingga gambar Kira hampir selesai, tinggal menyempurnakan arsiran untuk menambah efek nyatanya. Kira tak lagi melirik laki-laki itu, ia berkonsentrasi pada arsirannya. Ketika ia sudah merasa puas, Kira mengalihkan pandangan dari gambarnya ke laki-laki tadi. Tapi dia sudah tidak ada.
Alis Kira bertaut. Yang tersisa di tempat itu hanyalah laptop, headset, dan tas laki-laki tadi. Kemana perginya?  Kira menyapukan pandangan ke sekeliling, mencari laki-laki yang telah menjadi objek gambarnya. Tak ada di mana-mana.
“Itu aku, ya?”
Kira menoleh kaget. Lebih kaget lagi melihat laki-laki tadi berdiri di sampingnya. Bagaimana mungkin ia tidak sadar?
Laki-laki itu tersenyum, kemudian duduk di samping Kira. “Aku baru sadar, aku seganteng itu.” katanya.
Kira bingung mau menjawab apa. Ketahuan menggambar diam-diam saja sudah membuat Kira sangat malu. Bagaimana ini?
“Yah, maksudku, aku tahu aku ganteng. Tapi di gambarmu aku kelihatan ganteng banget. Hehehe…”
Kira tidak bisa menahan tawanya. Baru beberapa detik saja, laki-laki ini sudah membuat dirinya merasa nyaman.
“Kamu nggak pingin tahu nama orang yang udah kamu gambar?”
Kira tertawa lagi, “Aku Kira. Kamu?”
“Vino.”
Kira mengangguk. “Maaf ya, aku gambar kamu diam-diam.”
“Kok minta maaf sih? Aku malah senang, apalagi aku kelihatan ganteng.”
Kira tersenyum.
“Aku belum pernah lihat kamu.” kata Vino. “Baru mau daftar ke sini?”
Kira mengangguk. “Iya.”
“Jurusan seni ya, pasti?”
“Nggak,” suara Kira bernada kecewa, “Jurusan Hukum.”
“Loh?” Vino terlihat bingung. “Pinjam bukumu, boleh?”
Kira menyerahkan sketch book­-nya ke pangkuan Vino. Vino membuka lembar demi lembar dari depan hingga ke gambar dirinya. “Bagus-bagus banget gini. Keren! Kalau dijual pasti bisa dapat mahal nih. Kenapa kamu nggak masuk Seni aja?”
Kira tersenyum. Vino bukan orang pertama yang menanyakan hal ini setelah melihat gambarnya. “Orangtuaku pingin punya anak pengacara.”

I’d never go with the wind
Just let it flow
Let it take me where it wants to go

        “Aku anak satu-satunya, jadi siapa lagi yang bisa mewujudkan cita-cita mereka?”
        Vino mengangguk mengerti. “Tapi kalo jujur, sebenernya kamu pingin nggak jadi pengacara?”
     Kira menggeleng mantap. Menggambar adalah hidupnya. Ia sama sekali tidak tertarik pada profesi apapun.
        “Terus kenapa merasa harus jadi pengacara? Mestinya kamu melakukan hal yang bikin kamu bahagia.” Vino menatap Kira penuh keyakinan, matanya yang sangat tulus membuat jantung Kira berdebar kencang.

You open the door
There’s so much more
I’ve never seen it before

            “Tapi, ayahku pengacara, dia pingin aku jadi seperti dia. Dia sudah mengatakan itu sejak aku kecil, bagaimana aku bisa menolak?”

I was trying to fly
But I couldn’t find wings

        “Kamu tahu, ayahku pingin aku jadi dokter. Tapi aku nggak mau, cita-citaku adalah jadi musisi. Ayahku pikir jadi musisi sama sekali bukan pekerjaan, tapi hanya senang-senang yang nggak berguna. Dia menolak membiayai aku bila aku nggak mendaftar di kedokteran. Tapi aku yakin, musisi adalah jalan hidupku, dan hidupku hanya sekali, jadi aku harus melaluinya di jalan yang benar. Jadi aku kabur dari rumah, masuk ke sini, membayar uang kuliah dengan kerja paruh waktu, dan tebak apa yang terjadi.”
           Kira langsung menjawab penuh rasa penasaran. “Apa?”
          “Kemarin angkatanku mengadakan pertunjukan, dan aku tampil membawakan lagu ciptaanku sendiri. Ayahku hadir, entah bagaimana. Setelah pertunjukan berakhir, dia mendatangiku, meminta maaf, memujiku, dan mengatakan ia sangat bangga padaku.”
          Kira takjub mendengar cerita Vino. Lebih takjub lagi pada ketulusan dalam suaranya.

But you came along and you changed everything

            “Orangtua memang biasanya memilihkan jalan untuk anaknya, sebab ia merasa jalan yang dipilihnya adalah yang terbaik, dan ia ingin yang terbaik untuk anaknya. Tapi anak punya hak untuk menentukan jalannya sendiri. Dan, berdasarkan pengalamanku, jika orangtua sudah melihat bahwa jalan yang dipilih sang anak ternyata benar dan terbaik baginya, orangtua nggak akan segan melepas anaknya di jalan itu.”
           
You lift my feet off the ground
You spin me around
You make me crazier, crazier

            Kira merenungkan kata-kata Vino.
       Ayahnya memang selalu bilang ingin ia menjadi pengacara, karena itulah Kira tak pernah berani menyatakan bahwa ia ingin jadi pelukis. Ayahnya tidak pernah tahu tentang gambar-gambarnya, karena ia tidak ingin ayahnya merasa kecewa.
          Kira memandang Vino yang sedang mengagumi gambarnya. Apakah semua yang diceritakan Vino tadi nyata?
         Vino mengalihkan pandangan dari gambar Kira ke orang yang menggambarnya. Vino tersenyum. Tatapan dan senyumnya meyakinkan Kira, meski ini pertemuan pertama mereka, Vino terlihat sangat bisa dipercaya.

Feels like I’m falling and I am lost in your eyes
You make me crazier, crazier, crazier

            “Jadi menurutmu, jika aku memilih menolak menjadi pengacara, ayahku nantinya akan menerimanya?” tanya Kira, mulai mempertimbangan pilihannya.

I’ve watched from a distance as you made life your own
Every sky was your own kind of blue
And I wanted to know how that would feel
And you made it so real

            “Ya, aku nggak bisa bilang butuh waktu berapa lama. Tapi melihat gambar-gambarmu yang benar-benar menakjubkan, aku rasa nggak akan butuh waktu lama. Ayahmu pasti akan tergerak, hatinya pasti akan terbuka, aku yakin itu.”

You showed me something that I couldn’t see
You opened my eyes
And you made me believe

         “Berhubung aku udah lihat gambarmu, kamu mau dengar lagu ciptaanku?” tanya Vino, mengambil handphone dan headset kecil dari sakunya.
            “Boleh.” Kira tersenyum dan mengambil headset yang diulurkan Vino.
           Kira menutup mata ketika mendengarkan alunan lagu Vino, menikmatinya. Musiknya dan suara Vino, benar-benar menyatu dan membentuk harmoni yang indah. Lagu ini berkisah tentang seseorang yang berusaha menemukan tujuan hidup, hingga ia berhasil menemukan harapan dan berusaha mewujudkannya. Kira merasa pantas saja ayah Vino tergerak, lagu ini sangat indah, bermakna, dan menggugah perasaan.
           Vino benar-benar berhasil meyakinkan Kira untuk melakukan hal yang selama ini tak pernah berani dipikirkannya.
           
Baby you showed me what living is for
I don’t wanna hide anymore

              “Keren banget.” kata Kira setelah lagu Vino selesai.
              “Makasih.” Vino tersenyum. “Kayak yang bikin, kan?”
          Kira tertawa. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Ia melihat jam tangannya, tinggal lima menit lagi ujian masuk jurusan Hukumnya dimulai.
             Tapi pertemuannya dengan Vino telah mengubah pikiran Kira. Tidak, dia tidak akan datang ke ujian itu.

You lift my feet off the ground
You spin me around
You make me crazier, crazier

            “Kenapa?” tanya Vino karena suasana mendadak sunyi.
            Kira menatap Vino. “Makasih, ya.”
            “Makasih?”
            “Kamu udah meyakinkan aku untuk berani mengambil keputusan yang nggak akan pernah aku sesali. Makasih banyak.”
            Vino balas tersenyum. “Jadi, kamu udah memutuskan?”

Feels like I’m falling and I am lost in your eyes

         Kira mengangguk mantap. Ia mengambil handphone-nya, mencari nomor ayahnya, kemudian menekan tombol hijau untuk menelepon.
            “Halo?” suara berat ayahnya terdengar menjawab.
            “Halo yah, ayah sekarang di mana? Ada sesuatu yang pingin Kira omongin.”
            “Ayah di kantor. Kamu bukannya sekarang harusnya sedang ujian?”
            “Itulah yang mau Kira omongin, yah. Tunggu di sana ya. Kira ke kantor ayah sekarang.”
            Sesaat tak terdengar jawaban dari ayahnya.

You make me crazier, crazier, crazier

            “Ya,” Kira merasa sangat lega akhirnya ayahnya bicara. “Ayah tunggu.”
            Kira mematikan panggilannya. Kemudian ia memandang Vino yang sedang memperhatikannya.
            “Doain aku, ya.” pinta Kira.
            “Pasti.” jawab Vino sambil tersenyum. “Gimana kalau… nomor HP?”
       Kira tertawa. Ia punya feeling mulai sekarang hidupnya akan makin berwarna, seindah gambar-gambarnya.

Crazier, crazier, crazier…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar