Rabu, 30 Juli 2014

When You Love Someone (Songfic)

Terinspirasi dari lagunya Endah ft Resha yang keren banget ; When You Love Someone. Cocok banget buat kamu para secret admirer :D


<3<3<3

          Siang yang cerah, angin sepoi bertiup sejuk. Ara merapikan rambut lurus panjangnya yang tertiup angin dengan jari, ia harus terlihat rapi, harus terlihat cantik. Ia menarik napas panjang, merasakan kepercayaan dirinya meningkat seiring dengan udara segar yang masuk ke paru-parunya. Setelah merasa siap, setelah menekan segala rasa gugupnya, Ara membuka pintu di hadapannya.
            “Selamat datang.”
            Ara menoleh.
         Suara itu, suara itulah motivasi Ara bangun di pagi hari, alasan dirinya selalu menatap jam dinding menanti waktu pulang sekolah tiba, dasar keinginannya mulai memperhatikan penampilan. Dan melihat sumber suara itu sedang tersenyum padanya, oksigen serasa memenuhi paru-paru Ara.
        Ara balas tersenyum dan mengangguk, berusaha menyembunyikan kegugupannya, lalu berjalan ke jajaran rak buku terdekat, pura-pura sibuk memilih. Setelah menjatuhkan pilihan–novel tebal bersampul hijau–Ara berjalan ke mejanya yang biasa, meja itu berada di pojok dekat jendela, tempat paling strategis untuk memandangi Rei, si penjaga perpustakaan yang kece, diam-diam.

I love you
But it’s not so easy to make you here with me

          Ara membuka novel di hadapannya, tak benar-benar membaca isinya. Matanya melirik ke meja di dekat pintu masuk tiap beberapa detik sekali. Ke Rei yang memberi senyum dan sapa ke orang-orang yang baru masuk, ke Rei yang sibuk melakukan entah apa di komputernya, ke Rei yang melayani orang yang meminjam dan mengembalikan buku, ke Rei yang membaca buku ketika tak ada kesibukan.

I wanna touch and hold you forever
But you still in my dream

          Setiap kali memandang Rei, tanpa sadar Ara tersenyum. Entah apa yang membuatnya begitu. Mungkin karena senyum Rei yang hangat bagai sinar mentari. Mungkin karena mata Rei yang selalu ikut tersenyum ketika ia tersenyum. Mungkin karena kebiasaan Rei membetulkan letak kacamatanya terlihat sangat manis. Bibir Ara selalu bagai tertarik oleh magnet tiap kali memandang Rei.

I used to hide and watch you from a distance

            Ara langsung mengalihkan pandangannya ke novel, ketika mata Rei menangkap basah matanya. Ara menggerakkan matanya berpura-pura membaca, berpura-pura normal-normal saja. Tapi di dalam, jantung Ara berdebar lebih kencang, tarikan napasnya meningkat lebih cepat. Ara membutuhkan waktu beberapa menit sebelum akhirnya berani memandangi Rei lagi, merasa sangat lega karena Rei tidak sedang melihatnya. Ini bukan pertama kalinya hal ini terjadi, tapi Ara tak pernah kapok meneruskannya.

And I knew you realize

            Ara melirik jam dinding, jam-jam sekian waktunya Rei menata buku-buku pinjaman yang telah dikembalikan ke rak-raknya semula. Ara sudah sangat hapal, sebab Ara selalu menunggu waktu ini. Meja tempat Ara duduk, bersebalahan dengan rak novel-novel fiksi, jenis buku yang paling banyak dipinjam, sehingga Rei akan cukup lama berdiri di dekat Ara.
            Ketika melihat gelagat Rei yang merapikan buku-buku di mejanya, Ara bersiap pasang posisi ‘membaca sungguhan’. Telinga Ara siap siaga, mendengarkan langkah kaki Rei yang makin mendekat. Makin dekat dan makin dekat, hingga akhirnya Rei berdiri di depan rak novel-novel fiksi. Ara berusaha keras menahan magnet yang menarik bibirnya untuk tersenyum. Ada Rei di radius satu setengah meter darinya, membuat Ara merasa udara di sekelilingnya lebih segar.

I was looking for a time to get closer
At least to say ‘hello’

            Kadang, ketika kadar keberanian Ara sedang di atas rata-rata, ia akan mengajak Rei bicara. Bukan pembicaraan yang panjang dan asyik, hanya hal-hal seperti…
            “Permisi,” kata Ara, menikmati irama debar jantungnya.
            “Ya?” Rei menoleh.
            “Apa seri Nicholas Flamel yang keenam sudah ada?” pertanyaan ini sudah dipikirkan Ara sejak dari rumah.
            Rei terlihat berpikir. “Oh, ya, baru datang kemarin lusa, masih di ‘rak buku baru’ di depan.”
            Ara mengangguk. “Oh, terima kasih.”
Rei tersenyum, lalu melanjutkan menata buku-buku. Ara melanjutkan posisi ‘membaca sungguhan’nya, kepalanya menunduk sangat dalam hingga bisa menutupi senyum yang tak dapat lagi ditahannya. Percakapan super singkat tadi berhasil membuat hati Ara melonjak-lonjak gembira, berbunga-bunga, dan semua istilah lain yang biasa digunakan orang untuk menggambarkan hati yang sangat bahagia.

I never knew that I’m so strong

            Sudah sejak dua tahun yang lalu Ara mulai menjadi langganan perpustakaan ini, dimana setengah tahun kemudian Ara makin sering datang–nyaris setiap hari–karena Rei mulai bekerja di sini.

I stuck on you and wait so long

            Saat pertama kali bertemu Rei, Ara sedang dalam kondisi patah hati akibat baru putus. Ara hanya ingin datang ke perpustakaan ini untuk menghibur diri membaca komik-komik komedi. Tapi saat melihat Rei, saat melihat senyum hangatnya, kepingan hati Ara entah bagaimana menyatu dengan sendirinya. Hati Ara bukan hanya kembali utuh, tapi juga kembali hidup.

But when love comes it can’t be wrong

            Untuk pertama kalinya, Ara merasakan hatinya hangat hanya dengan melihat seseorang. Karena itulah Ara ke sini tiap hari, untuk melihat orang itu, untuk mengulang kembali rasa itu.

Don’t ever give up
Just try and try to get what you want

            Meski melihat saja sudah cukup memuaskan, percakapan kecil saja sudah lebih dari cukup, Ara tetap berharap sesuatu akan terjadi. Bila ia setia selalu datang tiap hari, setia menyediakan ruang di hatinya, Ara berharap suatu hari nanti senyum hangat itu hanya menjadi miliknya seorang.

‘Cause love will find a way

            Seiring dengan berjalannya waktu, para pengunjung perpustakaan pulang satu per satu. Ara sengaja selalu pulang paling akhir, dia tidak mau membuang kesempatan untuk berada di dekat Rei hanya karena waktu. Bila ada pekerjaan rumah, tugas, atau esoknya ulangan pun, biasanya Ara akan membawanya ke sini, mengerjakan dan belajar di sini, hingga perpustakaan tutup.
            Ara kecewa ketika melihat jam dinding, sebentar lagi waktunya perpustakaan tutup. Rei sudah mulai beres-beres merapikan dan membersihkan mejanya. Perpustakaan sudah sangat sepi, sepertinya hanya tinggal Ara dan Rei. Saat-saat inilah yang paling disukai Ara, hanya berdua dengan Rei.
          Suara rintik membuat Ara menoleh ke jendela. Oh tidak, di luar sana sedang gerimis. Ara merogoh tasnya, baru ingat payungnya tertinggal di loker sekolah. Lebih buruk lagi, hujannya makin deras.  Ara merutuk dirinya sendiri, kenapa ia tidak langsung memasukkan payungnya ke tas saat Vio mengembalikannya tadi pagi?
            Ara menghela napas.
            “Kamu nggak pulang?” tanya Rei sambil merapikan meja dan kursi.
       Biasanya Ara pulang beberapa menit sebelum waktu tutup, sehingga Rei tidak pernah bertanya padanya. Ara melihat jam, ini sudah lewat dua menit dari waktu tutup. Ara menekan segala kegugupannya untuk memberikan jawaban.
          “Hmm… Hujan, payungku ketinggalan. Jadi sekarang aku sedang berpikir bagaimana caranya pulang. Apa kamu mau tutup sekarang juga?”
          “Oh…” Rei menengok ke jendela. “Sebenarnya aku punya payung yang bisa dipinjam, tapi sepertinya hujannya terlalu deras, berangin pula. Walaupun pakai payung, kamu bakal tetap basah kuyup. Tunggu saja dulu di sini sampai hujannya agak reda, nanti kupinjami payungku.”
        Ara memandang Rei tak percaya. Itu kalimat terpanjang yang pernah dikatakan Rei padanya sepanjang satu setengah tahun ini. Dan Rei baru saja menawarkan hal yang bahkan tidak pernah dibayangkan Ara, waktu untuk bersamanya lebih lama.
        Ara mengangguk, berusaha menahan senyum. “Tapi kamu nggak masalah pulang telat?”
     Rei tersenyum. “Aku selalu pulang satu jam setelah waktu tutup, kok. Kalaupun lebih juga nggak masalah.”
        Magnet senyum itu bekerja lagi, Ara tersenyum senang, jantungnya berdebar tak keruan. Mungkinkah ini awal dari sesuatu yang ditunggunya selama ini?

When you love someone
Just be brave to say
That you want him to be with you

          “Dingin ya,” kata Rei. “Kamu mau teh atau kopi hangat?”
          Ara mengangguk, “Teh, makasih.”
          “Oke, sebentar ya.”
          Rei masuk ke sebuah ruangan di pojok perpustakaan, dari kaca di ruangan itu dapat terlihat bayangan Rei menyiapkan teh. Ara memandanginya penuh rasa takjub. Ini seperti mimpi. Minum teh bersama Rei. Teh akan jadi minuman kesukaan Ara mulai sekarang.

When you hold your love
Don’t ever let it go

            Handphone di saku Ara bergetar, Ara mengambilnya, ada sebuah SMS dari ayahnya. ‘Hujan deras. Kamu di mana? Perlu dijemput?’.
           Ara memandang Rei yang terlihat sudah siap membawa tehnya ke tempat Ara, kesempatan seperti ini mungkin tidak akan datang lagi. Ara harus mengambilnya selagi bisa.
         Maka Ara mengetik balasan untuk ayahnya. ‘Di perpustakaan biasa. Hujannya masih deras banget, nanti aja kalau udah agak reda. Nanti aku SMS lagi.’

Or you will loose your chance

           “Ini tehnya.”
         Rei meletakkan nampan berisi dua cangkir teh di meja Ara, lalu duduk di hadapannya. “Diminum, mumpung masih hangat.”
            Ara tersenyum. “Iya, makasih ya.”
            Rei balas tersenyum. “Sama-sama.”
          Ara meneguk tehnya. Ini teh terenak di dunia. Hangat, sehangat senyum Rei, sehangat hati Ara saat ini.

To make your dreams come true…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar