Terinspirasi dari lagunya Endah ft Resha yang keren banget ; When You Love Someone. Cocok banget buat kamu para secret admirer :D
Siang yang cerah, angin sepoi bertiup sejuk. Ara merapikan rambut lurus panjangnya yang tertiup angin dengan jari, ia harus terlihat rapi, harus terlihat cantik. Ia menarik napas panjang, merasakan kepercayaan dirinya meningkat seiring dengan udara segar yang masuk ke paru-parunya. Setelah merasa siap, setelah menekan segala rasa gugupnya, Ara membuka pintu di hadapannya.
“Selamat datang.”
<3<3<3
Siang yang cerah, angin sepoi bertiup sejuk. Ara merapikan rambut lurus panjangnya yang tertiup angin dengan jari, ia harus terlihat rapi, harus terlihat cantik. Ia menarik napas panjang, merasakan kepercayaan dirinya meningkat seiring dengan udara segar yang masuk ke paru-parunya. Setelah merasa siap, setelah menekan segala rasa gugupnya, Ara membuka pintu di hadapannya.
“Selamat datang.”
Ara
menoleh.
Suara
itu, suara itulah motivasi Ara bangun di pagi hari, alasan dirinya selalu
menatap jam dinding menanti waktu pulang sekolah tiba, dasar keinginannya mulai
memperhatikan penampilan. Dan melihat sumber suara itu sedang tersenyum
padanya, oksigen serasa memenuhi paru-paru Ara.
Ara
balas tersenyum dan mengangguk, berusaha menyembunyikan kegugupannya, lalu
berjalan ke jajaran rak buku terdekat, pura-pura sibuk memilih. Setelah
menjatuhkan pilihan–novel tebal bersampul hijau–Ara berjalan ke mejanya yang
biasa, meja itu berada di pojok dekat jendela, tempat paling strategis untuk
memandangi Rei, si penjaga perpustakaan yang kece, diam-diam.
I
love you
But
it’s not so easy to make you here with me
Ara membuka
novel di hadapannya, tak benar-benar membaca isinya. Matanya melirik ke meja di
dekat pintu masuk tiap beberapa detik sekali. Ke Rei yang memberi senyum dan
sapa ke orang-orang yang baru masuk, ke Rei yang sibuk melakukan entah apa di
komputernya, ke Rei yang melayani orang yang meminjam dan mengembalikan buku,
ke Rei yang membaca buku ketika tak ada kesibukan.
I
wanna touch and hold you forever
But
you still in my dream
Setiap kali memandang Rei, tanpa
sadar Ara tersenyum. Entah apa yang membuatnya begitu. Mungkin karena senyum
Rei yang hangat bagai sinar mentari. Mungkin karena mata Rei yang selalu ikut
tersenyum ketika ia tersenyum. Mungkin karena kebiasaan Rei membetulkan letak
kacamatanya terlihat sangat manis. Bibir Ara selalu bagai tertarik oleh magnet
tiap kali memandang Rei.
I
used to hide and watch you from a distance
Ara
langsung mengalihkan pandangannya ke novel, ketika mata Rei menangkap basah
matanya. Ara menggerakkan matanya berpura-pura membaca, berpura-pura
normal-normal saja. Tapi di dalam, jantung Ara berdebar lebih kencang, tarikan
napasnya meningkat lebih cepat. Ara membutuhkan waktu beberapa menit sebelum
akhirnya berani memandangi Rei lagi, merasa sangat lega karena Rei tidak sedang
melihatnya. Ini bukan pertama kalinya hal ini terjadi, tapi Ara tak pernah
kapok meneruskannya.
And
I knew you realize
Ara
melirik jam dinding, jam-jam sekian waktunya Rei menata buku-buku pinjaman yang
telah dikembalikan ke rak-raknya semula. Ara sudah sangat hapal, sebab Ara
selalu menunggu waktu ini. Meja tempat Ara duduk, bersebalahan dengan rak
novel-novel fiksi, jenis buku yang paling banyak dipinjam, sehingga Rei akan
cukup lama berdiri di dekat Ara.
Ketika
melihat gelagat Rei yang merapikan buku-buku di mejanya, Ara bersiap pasang
posisi ‘membaca sungguhan’. Telinga Ara siap siaga, mendengarkan langkah kaki
Rei yang makin mendekat. Makin dekat dan makin dekat, hingga akhirnya Rei
berdiri di depan rak novel-novel fiksi. Ara berusaha keras menahan magnet yang
menarik bibirnya untuk tersenyum. Ada Rei di radius satu setengah meter
darinya, membuat Ara merasa udara di sekelilingnya lebih segar.
I
was looking for a time to get closer
At
least to say ‘hello’
Kadang,
ketika kadar keberanian Ara sedang di atas rata-rata, ia akan mengajak Rei
bicara. Bukan pembicaraan yang panjang dan asyik, hanya hal-hal seperti…
“Permisi,”
kata Ara, menikmati irama debar jantungnya.
“Ya?”
Rei menoleh.
“Apa
seri Nicholas Flamel yang keenam sudah ada?” pertanyaan ini sudah dipikirkan
Ara sejak dari rumah.
Rei
terlihat berpikir. “Oh, ya, baru datang kemarin lusa, masih di ‘rak buku baru’
di depan.”
Ara
mengangguk. “Oh, terima kasih.”
Rei tersenyum, lalu melanjutkan menata buku-buku. Ara melanjutkan posisi ‘membaca sungguhan’nya, kepalanya menunduk sangat dalam hingga bisa menutupi senyum yang tak dapat lagi ditahannya. Percakapan super singkat tadi berhasil membuat hati Ara melonjak-lonjak gembira, berbunga-bunga, dan semua istilah lain yang biasa digunakan orang untuk menggambarkan hati yang sangat bahagia.
Rei tersenyum, lalu melanjutkan menata buku-buku. Ara melanjutkan posisi ‘membaca sungguhan’nya, kepalanya menunduk sangat dalam hingga bisa menutupi senyum yang tak dapat lagi ditahannya. Percakapan super singkat tadi berhasil membuat hati Ara melonjak-lonjak gembira, berbunga-bunga, dan semua istilah lain yang biasa digunakan orang untuk menggambarkan hati yang sangat bahagia.
I
never knew that I’m so strong
Sudah
sejak dua tahun yang lalu Ara mulai menjadi langganan perpustakaan ini, dimana
setengah tahun kemudian Ara makin sering datang–nyaris setiap hari–karena Rei
mulai bekerja di sini.
I
stuck on you and wait so long
Saat
pertama kali bertemu Rei, Ara sedang dalam kondisi patah hati akibat baru
putus. Ara hanya ingin datang ke perpustakaan ini untuk menghibur diri membaca
komik-komik komedi. Tapi saat melihat Rei, saat melihat senyum hangatnya,
kepingan hati Ara entah bagaimana menyatu dengan sendirinya. Hati Ara bukan
hanya kembali utuh, tapi juga kembali hidup.
But
when love comes it can’t be wrong
Untuk
pertama kalinya, Ara merasakan hatinya hangat hanya dengan melihat seseorang.
Karena itulah Ara ke sini tiap hari, untuk melihat orang itu, untuk mengulang
kembali rasa itu.
Don’t
ever give up
Just
try and try to get what you want
Meski
melihat saja sudah cukup memuaskan, percakapan kecil saja sudah lebih dari
cukup, Ara tetap berharap sesuatu akan terjadi. Bila ia setia selalu datang
tiap hari, setia menyediakan ruang di hatinya, Ara berharap suatu hari nanti
senyum hangat itu hanya menjadi miliknya seorang.
‘Cause
love will find a way
Seiring
dengan berjalannya waktu, para pengunjung perpustakaan pulang satu per satu.
Ara sengaja selalu pulang paling akhir, dia tidak mau membuang kesempatan untuk
berada di dekat Rei hanya karena waktu. Bila ada pekerjaan rumah, tugas, atau
esoknya ulangan pun, biasanya Ara akan membawanya ke sini, mengerjakan dan
belajar di sini, hingga perpustakaan tutup.
Ara
kecewa ketika melihat jam dinding, sebentar lagi waktunya perpustakaan tutup.
Rei sudah mulai beres-beres merapikan dan membersihkan mejanya. Perpustakaan
sudah sangat sepi, sepertinya hanya tinggal Ara dan Rei. Saat-saat inilah yang
paling disukai Ara, hanya berdua dengan Rei.
Suara
rintik membuat Ara menoleh ke jendela. Oh tidak, di luar sana sedang gerimis.
Ara merogoh tasnya, baru ingat payungnya tertinggal di loker sekolah. Lebih
buruk lagi, hujannya makin deras. Ara
merutuk dirinya sendiri, kenapa ia tidak langsung memasukkan payungnya ke tas
saat Vio mengembalikannya tadi pagi?
Ara
menghela napas.
“Kamu
nggak pulang?” tanya Rei sambil merapikan meja dan kursi.
Biasanya
Ara pulang beberapa menit sebelum waktu tutup, sehingga Rei tidak pernah
bertanya padanya. Ara melihat jam, ini sudah lewat dua menit dari waktu tutup.
Ara menekan segala kegugupannya untuk memberikan jawaban.
“Hmm…
Hujan, payungku ketinggalan. Jadi sekarang aku sedang berpikir bagaimana
caranya pulang. Apa kamu mau tutup sekarang juga?”
“Oh…”
Rei menengok ke jendela. “Sebenarnya aku punya payung yang bisa dipinjam, tapi
sepertinya hujannya terlalu deras, berangin pula. Walaupun pakai payung, kamu
bakal tetap basah kuyup. Tunggu saja dulu di sini sampai hujannya agak reda,
nanti kupinjami payungku.”
Ara
memandang Rei tak percaya. Itu kalimat terpanjang yang pernah dikatakan Rei
padanya sepanjang satu setengah tahun ini. Dan Rei baru saja menawarkan hal
yang bahkan tidak pernah dibayangkan Ara, waktu untuk bersamanya lebih lama.
Ara
mengangguk, berusaha menahan senyum. “Tapi kamu nggak masalah pulang telat?”
Rei
tersenyum. “Aku selalu pulang satu jam setelah waktu tutup, kok. Kalaupun lebih
juga nggak masalah.”
Magnet
senyum itu bekerja lagi, Ara tersenyum senang, jantungnya berdebar tak keruan.
Mungkinkah ini awal dari sesuatu yang ditunggunya selama ini?
When
you love someone
Just
be brave to say
That
you want him to be with you
“Dingin
ya,” kata Rei. “Kamu mau teh atau kopi hangat?”
Ara
mengangguk, “Teh, makasih.”
“Oke,
sebentar ya.”
Rei
masuk ke sebuah ruangan di pojok perpustakaan, dari kaca di ruangan itu dapat
terlihat bayangan Rei menyiapkan teh. Ara memandanginya penuh rasa takjub. Ini
seperti mimpi. Minum teh bersama Rei. Teh akan jadi minuman kesukaan Ara mulai
sekarang.
When
you hold your love
Don’t
ever let it go
Handphone di saku Ara bergetar, Ara
mengambilnya, ada sebuah SMS dari ayahnya. ‘Hujan deras. Kamu di mana? Perlu
dijemput?’.
Ara
memandang Rei yang terlihat sudah siap membawa tehnya ke tempat Ara, kesempatan
seperti ini mungkin tidak akan datang lagi. Ara harus mengambilnya selagi bisa.
Maka
Ara mengetik balasan untuk ayahnya. ‘Di perpustakaan biasa. Hujannya masih
deras banget, nanti aja kalau udah agak reda. Nanti aku SMS lagi.’
Or
you will loose your chance
“Ini
tehnya.”
Rei
meletakkan nampan berisi dua cangkir teh di meja Ara, lalu duduk di hadapannya.
“Diminum, mumpung masih hangat.”
Ara
tersenyum. “Iya, makasih ya.”
Rei
balas tersenyum. “Sama-sama.”
Ara
meneguk tehnya. Ini teh terenak di dunia. Hangat, sehangat senyum Rei, sehangat
hati Ara saat ini.
To
make your dreams come true…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar