Hahhh….. UN udah selesai. Lega banget rasanya. Sekarang bisa santai-satai. Baca novel dan BB-an tiap hari dan tiap waktu udah menanti! Masuk sekolah, main-main doang, pulang jam sembilan. Hidup bakal indah banget mulai detik ini!
“Eh, Prom katane harus sama lawan jenis lhoh.” Helen tiba-tiba ngomong.
“Ya, nek kamu kan, udah ada Andrew. Jadi nggak perlu bingung mikirin lagi.” Balas Anin.
“Lha kamu meh mbek siapa? Ardi mesti ngajak kamu to?” tanya Helen.
“Mbuh, nek dia ngajak pun aku nggak mau og.” jawab Anin.
“Lha nek kamu Fin?” Helen nanya aku. Ash, emang banyak omong emang si Helen.
“Aku nggak tau ah. Nggak urusan juga. Dapet sisa-sisa ntar juga nggak papa.” jawabku.
“Yah, eman-eman lah Fin. Prom SMP sekali seumur hidup lhoh.” kata Helen.
“Iya, mending kamu incer satu dua cowok deh, daripada dapet sisa.” kata Anin.
“Halah peduli amat.” kata aku. “Udah, ah jangan bahas itu lagi, males. Tadi tu Fisikane angel banget ya!”
-____-
Tapi sebenernya aku peduli. Gimana pun juga aku cewek! Ash, cewek. Ya, aku cewek. Aku jadi geli sendiri sama pikiranku. Barus sadar kalo aku cewek.
Selama ini aku merasa sebagai ‘cowok’. Aku lebih suka dibilang ganteng daripada dibilang cantil. Lebih suka disebut keren daripada disebut manis. Lebih suka dipanggil cowok daripada dipanggil cewek. Aku jauh lebih suka hal-hal berbau cowok. Bahkan, bapakku pernah bilang aku ganteng. Dan walaupun aku pernah suka sama cowok, aku nggak selebai cewek-cewek yang nulis status dimana-mana. Aku lebih suka mendam rasa itu, dan akhirnya lama-lama ilang sendiri.
Dan sekarang, prom. Aku nggak bisa bayangin harus pakai gaun norak dan dansa sama cowok. Ntar aku dibilang homo lagi #upsiieehhhh.
Aduh, lagian sebenernya apa sih pentingnya prom? Kenapa harus ada PROM? Perpisahan aja cukup, kan? Kenapa mesti ada dansa-dansa segala?! Kenapa pasangannya nggak boleh sesame jjenis? Gimana kalo ntar aku dapet sisa-sisa cowok yang parah?!
Cukup, Fin. Itu nggak penting. Jangan mau sama kayak cewek-cewek itu, yang bikin hal kayak ginian jadi masalah besar, heboh, dan lebai. Kamu beda, Fin. Cukup, jangan pikirin lagi. Hal kayak gini nggak perlu dibuat galau. Cuma buang-buang waktu.
“Haaaahhhh,..,,” aku menghela napas.
Buat mengalihkan pikiran, kayaknya mending aku baca buku aja deh!
-____-
“Perhatian, untuk semua kelas 9, harap berkumpul di aula.” pengumuman dari speaker.
Aku dan temen-temen langsung beresin Uno. Anak-anak cowok beresin mainan sepak bola Upin Ipin mereka. Terus berbondong-bondong kami ke aula.
Di aula udah menunggu Pak Lego dkk. Heran deh, hal kayak ginian selalu aja dia. Ah biarlah. Kami tergolong yang dateng awal, jadi bisa kebagian duduk di agak depan.
Sepuluh menit nunggu sampai akhirnya aula penuh karena anak kelas 9 udah dateng semua.
“Oke, udah kumpul semua?” tanya Pak Lego pakai mic.
“Kita berkumpul di sini untuk membahas acara malam kenangan yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Tempatnya di PRPP.”
“Aduuuhhh!!”
“Turun lah derajat kita!”
“Tahun lalu wae di Sri Ratu og!”
“SMP 3 wae di Gumaya!”
“Hah?! Masa’ kita kalah sama SMP 3?”
“Haruse kita lebih elite lahh!!”
Aula jadi ricuh, suasana jadi rancu. Anak-anak pada kecewa, heboh protes, terutama anak-anak cewek.
BRAK!
Langsung hening.
Ternyata Pak Lego habis ngelempar buku-buku di meja ke lantai.
“MAU ADA MALAM KENANGAN NGGAK? MAU PERPISAHAN NGGAK?! KALO KALIAN NGGAK MAU JUGA NGGAK PAPA. YANG RUGI KALIAN SENDIRI!”
Suasana sekarang jadi tegang dan nggak enak banget. Ash, emang og Pak Lego lebai banget, pakai ngelempar buku segala.
Setelah beberapa saat keheningan,
“Sudah? Tenang? Kalo ribut lagi mending kalian keluar saja. Berarti malam kenangannya batal.”
Mau nggak mau semuanya diem.
“Saya lanjutkan. Yang mau kita bahas sekarang adalah acara dansanya. Kalian diperbolehkan memilih pasangan sendiri, harus lawan jenis.”
“Yaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh……………” seru anak-anak.
“Lha to ribut lagi!” bantak Pak Lego.
Otomatis diem.
“Kalian diberi waktu dua hari untuk cari pasangan. Yang tidak dapat nanti akan dikumpulkan dan dicarikan pasangan. Karena jumlah laki-laki lebih sedikit, jadi nanti ada beberapa anak perempuan yang berpasangan dengan guru. Lusa kita berkumpul lagi di sini. Untuk ketentuan lainnya kita bahas besok.”
-____-
“Aku jadine mbek Andrew wae wis. Tinggal lusa og.” kata Helen dengan nada menyesal. Padahal aslinya dia emang pingin sama Andrew :p
“Kamu, Nin?”
“Aku sama Nico.” jawab Anin.
“Hah?! NICO??”
“Bukan Nico kelase kita :p”
“Ohh.. Ardi kecewa lah, Nin.”
“Urusan amat.”
Moga-moga nggak ada yang nanya aku sama siapa. Soalnya selama ini aku udah bener-bener nggak mikirin lagi.
“Kamu sama siapa, Fin?”
Ah, aku lupa ada seorang Helen di sini.
-____-
“Yang sudah dapat pasangan berkumpul di sebelah kiri saya, berdiri dengan pasangannya. Yang belum di sebelah kanan. Bapak-ibu guru yang lain akan menge-cek apa benar sudah berpasangan lawan jenis. Yang sudah dicek boleh keluar dulu, nanti akan dipanggil lagi.”
Aku masuk ke golongan yang belum dapet, jadi aku ke kanan Pak Lego. Selain aku, ada juga beberapa anak 9J. Ada Jorji, Intan, Putri, Wisnu, Evan, dan Grace.
Satu per satu pasangan mulai keluar dari aula. Ada beberapa anak yang tadinya belum dapet pasangan jadi nemu pasangan, terus pindah ke sisi lain.
Akhirnya semua anak yang udah dapet pasangan di luar semua, tinggal aku dan sekitar 50-an anak di sini.
“Yang laki-laki baris di kanan, yang perempuan di kiri.” kata Pak Lego.
Kami nurutin.
“Sekarang ambil nomer undian ini.”
Pak Lego ngedarin gelas aqua yang isinya kertas kayak kocokan arisan ke barisan cowok, Bu Christina ke barisan cewek.
Aku dapet nomer sepuluh.
“Sekarang, masing-masing cari yang nomernya sama. Yang udah ketemu langsung ke sisi kanan. Yang belum ke sisi kiri.”
HUAHAHAHAHAHA!!!! Putri sama Erick Dharma!! Semua anak 9J ngakak.
Hmm.. aku sama siapa ya?
>tbc!<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar